Takhayul Dan Fakta Tentang Impotensi
Siapa bilang laki-laki itu rasional? Di bawah ini didaftarkan sejumlah takhayul yang dipercaya berat oleh laki-laki, khususnya karena berkaitan dengan kemampuan seksual mereka, hal yang paling irasional dan paling tak bisa dimengerti untuk makhluk bernama laki-laki itu.
Takhayul No 1 : Impotensi disebabkan karena stres. "Seandainya kehidupan saya tidak seperti ini, tentu saya tidak akan impoten."
Fakta : Stres memang bisa menyebabkan impoten, tapi karena aktifitas seksual membutuhkan kekompakan antara tubuh dan otak, maka impoten
yang diakibatkan oleh 'salah persepsi' seperti ini lebih sulit lagi untuk
disembuhkan. Pada gilirannya itu menimbulkan stres dan demikian
seterusnya seperti lingkaran setan.
Takhayul No 2 : Impotensi tak terhindari di usia senja
Fakta : Semakin tua, kemampuan seksual pria memang menurun, tapi bukan berarti impoten. Pada umumnya mereka hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk terangsang, butuh lebih banyak rangsangan fisik dan butuh waktu lebih lama untuk mencapai klimaks. Tetapi karena pria lebih tua lebih mudah terserang diabetes dan darah tinggi, kemungkinan menderita impotensi menjadi lebih besar.
Takhayul No 3 : Tidak banyak pria yang impoten
Fakta : Diperkirakan ada 30 juta pria menderita impotensi kronis dan hampir semua pria pernah mengalami disfungsi ereksi sesekali.
Takhayul No 4 : Cara yang paling efektif dan permanen untuk memperbaiki impotensi adalah implant.
Fakta : Saat ini banyak sekali cara-cara pengobatan yang lebih aman dan efektif selain implant. Yang penting adalah diagnosanya dulu agar diketahui pasti penyebabnya.
Takhayul No 5 : Pasangan saya akan menganggap saya lemah dan tidak menghargai
saya lagi jika tahu saya menderita disfungsi ereksi.
Fakta : Studi yang dilakukan pada pasangan yang prianya pernah mengalami disfungsi ereksi menunjukkan bahwa penanganan akan lebih mudah dan lebih berhasil jika Anda melibatkan pasangan Anda selama proses penyembuhan. Tinggal bagaimana cara Anda mengungkapkannya, sedemikian sehingga pasangan Anda merasa ikut memiliki barang Anda.
Takhayul No 6 : Impotensi berawal dari pikiran kita.
Fakta : Mayoritas kasus impotensi disebabkan faktor fisik, bukannya psikis.
Takhayul No 1 : Impotensi disebabkan karena stres. "Seandainya kehidupan saya tidak seperti ini, tentu saya tidak akan impoten."
Fakta : Stres memang bisa menyebabkan impoten, tapi karena aktifitas seksual membutuhkan kekompakan antara tubuh dan otak, maka impoten
yang diakibatkan oleh 'salah persepsi' seperti ini lebih sulit lagi untuk
disembuhkan. Pada gilirannya itu menimbulkan stres dan demikian
seterusnya seperti lingkaran setan.
Takhayul No 2 : Impotensi tak terhindari di usia senja
Fakta : Semakin tua, kemampuan seksual pria memang menurun, tapi bukan berarti impoten. Pada umumnya mereka hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk terangsang, butuh lebih banyak rangsangan fisik dan butuh waktu lebih lama untuk mencapai klimaks. Tetapi karena pria lebih tua lebih mudah terserang diabetes dan darah tinggi, kemungkinan menderita impotensi menjadi lebih besar.
Takhayul No 3 : Tidak banyak pria yang impoten
Fakta : Diperkirakan ada 30 juta pria menderita impotensi kronis dan hampir semua pria pernah mengalami disfungsi ereksi sesekali.
Takhayul No 4 : Cara yang paling efektif dan permanen untuk memperbaiki impotensi adalah implant.
Fakta : Saat ini banyak sekali cara-cara pengobatan yang lebih aman dan efektif selain implant. Yang penting adalah diagnosanya dulu agar diketahui pasti penyebabnya.
Takhayul No 5 : Pasangan saya akan menganggap saya lemah dan tidak menghargai
saya lagi jika tahu saya menderita disfungsi ereksi.
Fakta : Studi yang dilakukan pada pasangan yang prianya pernah mengalami disfungsi ereksi menunjukkan bahwa penanganan akan lebih mudah dan lebih berhasil jika Anda melibatkan pasangan Anda selama proses penyembuhan. Tinggal bagaimana cara Anda mengungkapkannya, sedemikian sehingga pasangan Anda merasa ikut memiliki barang Anda.
Takhayul No 6 : Impotensi berawal dari pikiran kita.
Fakta : Mayoritas kasus impotensi disebabkan faktor fisik, bukannya psikis.
Post a Comment