10 Renungan Sebelum Melepas Masa Lajang
Aah, akhirnya! Anda mau kawin juga. Rupanya Anda telah bertemu belahan jiwa. Tapi, sebelum Anda melangkah ke sana, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan. Pertama, kata sosiolog Mary Laner, cek dulu tingkat ekspektasi Anda. Kalau ekspektasi itu terlalu tinggi, perkawinan atau pasangan Anda akan gagal bertemu di satu titik. Dan, kalau itu terjadi, peluang terjadinya kegagalan perkawinan juga makin besar.
Karena itu, cobalah pikirkan hal-hal berikutnya di bawah ini sebelum mengenakan cincin 'sakti' itu.
2. Apakah Anda cukup umur? Maksudnya, apakah Anda cukup matang untuk menikah, baik fisik maupun mental? Apa saja yang pernah terjadi dalam hidup Anda, yang mungkin akan berpengaruh pada kehidupan perkawinan itu nanti? Apakah jatuh bangun hidup Anda akan bisa membantu Anda berpikir luas? Pernahkah Anda mengatasi problem, terutama dengan kerjasama bersama orang lain?
3. Masa kanak-kanak Anda bahagia? Bagaimana perasaan Anda ketika kecil - sempat mengembangkan self-esteem? Bila tidak, apakah Anda memperolehnya setelah dewasa? Perkawinan orang tua Anda bahagia? Apa saja yang Anda pelajari dari perkawinan orang tua Anda? Buatlah daftar positif dan negatifnya.
4. Anda punya cukup uang? Pertanyaan ini sangat relevan. Pertimbangkan apakah Anda punya cukup uang untuk membentuk suatu perkawinan, atau paling tidak untuk memulainya.
5. Apa latar belakang pendidikan Anda? Orang dengan tingkat pendidikan sarjana umumnya memiliki angka rata-rata perceraian lebih rendah ketimbang mereka yang berpendidikan rendah. Meskipun, angka perceraian tertinggi ditemukan juga pada mereka yang extremely well-educated dan poorly educated.
6. Apakah Anda punya rasa bersaing yang tinggi? Ini dihubungkan dengan penyelesaian masalah yang memerlukan kerja sama. Bila Anda suka sekali bersaing, bisa saja Anda akan menjadikan perkawinan Anda sebagai arena kompetisi berikutnya.
7. Berapa lama Anda mengenal calon pengantin Anda Ini bukan hanya sekadar waktunya, tapi apa yang pernah dialami bersama. Berapa lama Anda berpacaran dan apa saja yang terjadi dalam hubungan itu? Berapa banyak perbedaan lingkungan Anda dengannya, entah itu keluarga, sekolah, atau pekerjaan?
8. Seperti apa Anda sesungguhnya? Ini penting untuk mengenal diri Anda yang asli. Ini untuk mengenali potensi konflik, misalnya, perbedaan agama atau karakter. Anda harus bisa memperkirakan apa yang yang akan diakibatkan oleh perbedaan latar belakang, tujuan, aspirasi, nilai-nilai, dan kepercayaan.
9. Apakah Anda hidup bersama sebelum menikah? Menurut hasil penelitian, mereka yang hidup bersama lebih kecil komitmennya terhadap institusi perkawinan, terhadap perencanaan jangka panjang, bahkan juga terhadap masing-masing.
10. Apakah ada yang pernah bercerai sebelumnya? Mereka yang pernah bercerai percaya bahwa mereka tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Nyatanya, kesalahan itu banyak terjadi juga. Fakta membuktikan bahwa, kegagalan perkawinan kedua lebih tinggi ketimbang yang pertama. (berbagai sumber/hannie k.wardhanie)
Karena itu, cobalah pikirkan hal-hal berikutnya di bawah ini sebelum mengenakan cincin 'sakti' itu.
2. Apakah Anda cukup umur? Maksudnya, apakah Anda cukup matang untuk menikah, baik fisik maupun mental? Apa saja yang pernah terjadi dalam hidup Anda, yang mungkin akan berpengaruh pada kehidupan perkawinan itu nanti? Apakah jatuh bangun hidup Anda akan bisa membantu Anda berpikir luas? Pernahkah Anda mengatasi problem, terutama dengan kerjasama bersama orang lain?
3. Masa kanak-kanak Anda bahagia? Bagaimana perasaan Anda ketika kecil - sempat mengembangkan self-esteem? Bila tidak, apakah Anda memperolehnya setelah dewasa? Perkawinan orang tua Anda bahagia? Apa saja yang Anda pelajari dari perkawinan orang tua Anda? Buatlah daftar positif dan negatifnya.
4. Anda punya cukup uang? Pertanyaan ini sangat relevan. Pertimbangkan apakah Anda punya cukup uang untuk membentuk suatu perkawinan, atau paling tidak untuk memulainya.
5. Apa latar belakang pendidikan Anda? Orang dengan tingkat pendidikan sarjana umumnya memiliki angka rata-rata perceraian lebih rendah ketimbang mereka yang berpendidikan rendah. Meskipun, angka perceraian tertinggi ditemukan juga pada mereka yang extremely well-educated dan poorly educated.
6. Apakah Anda punya rasa bersaing yang tinggi? Ini dihubungkan dengan penyelesaian masalah yang memerlukan kerja sama. Bila Anda suka sekali bersaing, bisa saja Anda akan menjadikan perkawinan Anda sebagai arena kompetisi berikutnya.
7. Berapa lama Anda mengenal calon pengantin Anda Ini bukan hanya sekadar waktunya, tapi apa yang pernah dialami bersama. Berapa lama Anda berpacaran dan apa saja yang terjadi dalam hubungan itu? Berapa banyak perbedaan lingkungan Anda dengannya, entah itu keluarga, sekolah, atau pekerjaan?
8. Seperti apa Anda sesungguhnya? Ini penting untuk mengenal diri Anda yang asli. Ini untuk mengenali potensi konflik, misalnya, perbedaan agama atau karakter. Anda harus bisa memperkirakan apa yang yang akan diakibatkan oleh perbedaan latar belakang, tujuan, aspirasi, nilai-nilai, dan kepercayaan.
9. Apakah Anda hidup bersama sebelum menikah? Menurut hasil penelitian, mereka yang hidup bersama lebih kecil komitmennya terhadap institusi perkawinan, terhadap perencanaan jangka panjang, bahkan juga terhadap masing-masing.
10. Apakah ada yang pernah bercerai sebelumnya? Mereka yang pernah bercerai percaya bahwa mereka tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Nyatanya, kesalahan itu banyak terjadi juga. Fakta membuktikan bahwa, kegagalan perkawinan kedua lebih tinggi ketimbang yang pertama. (berbagai sumber/hannie k.wardhanie)
Post a Comment