Dulu masyarakat sempat heboh gara-gara hasil penelitian yang menyebutkan 2 dari 3 pria di Jakarta melakukan selingkuh. Nah, saat ini jumlahnya realtif terus meningkat. Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG., MARS, spesialis kebidanan dan kandungan, dalam suatu acara seminar pernah menyebutkan bahwa 4 dari 5 pria melakukan selingkuh! Data di Klinik Pasutri Dr. Boyke, ditemukan bahwa sekitar 42 persen suami berselingkuh ketika isteri mereka berusia 40 tahun lebih. Tidak hanya itu. Sebuah penelitian di Bandung, Jawa Barat yang dilakukan oleh seorang psikolog menyebutkan kalau 2 di antara 5 wanita pekerja juga melakukan selingkuh. Perselingkuhan sepertinya sudah menjadi fenomena umum. Selingkuh yang notabene juga merupakan salah satu perilaku seks bebas, kerap menimbulkan masalah. Timbulnya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) misalnya. Masalah tersebut ikut menambah jumlah aborsi. Sebagai gambaran, sekitar 2,3 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya. Belum lagi angka kematian ibu akibat melakukan aborsi juga cukup tinggi. “Jumlahnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan Bangladesh,” komentar Dr. Boyke. Selain timbulnya kehamilan yang tidak diinginkan, perilaku seks bebas yang tak bertanggungjawab juga ikut menyumbang infeksi berbagai penyakit. Salah satu di antaranya adalah infeksi HIV/AIDS. Kalau sudah begini, maka virus HIV/AIDS bisa menginfeksi pasangan yang sebenarnya. Alasan Selingkuh Perselingkuhan merupakan hubungan seksual di luar pernikahan yang sah. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam waktu cukup singkat maupun lama, dengan tingkat keterlibatan emosional yang rendah maupun tinggi. Seperti disebutkan Dr. Boyke, ada beberapa alasan orang berselingkuh, di antaranya: - Ketidakmampuan membentuk komitmen bersama pasangan pernikahan. Lemahnya komitmen, tidak disadarinya arti serta tujuan pernikahan juga ikut mendorong seseorang melakukan perselingkuhan. - Iman yang lemah dan rasa egoisme yang besar dari masing-masing pasangan. - Amarah yang terpendam dari pasangan, ketidakpuasaan kehidupan pernikahan, akibat tidak terpenuhinya kebutuhan emosional pasangan, seringkali memicu timbulnya perselingkuhan dalam kehidupan pernikahan. - Adanya masalah pribadi dalam pernikahan. - Rasa ingin tahu seperti apa seks yang dilakukan dengan orang lain. Apalagi jika seks bersama pasangan mengalami kejenuhan. Bila hal ini terjadi, timbulnya berbagai permasalahan dapat terus berlangsung. Maka ia menyarankan agar masing-masing pasangan menyadari adanya gejala tersebut. Sebelum pernikahan kandas, ada baiknya masing-masing pasangan melakukan koreksi diri untuk menemukan dan menilai kesalahan yang telah terjadi. Di Kamar Mandi Kalau yang terjadi berkaitan dengan kehidupan seksual, maka tak ada salahnya untuk memberanikan diri berkomunikasi dengan pasangan. Jalin komunikasi yang sehat untuk mengemukakan permasalahan seks yang sedang dihadapi dengan pasangannya. Jika permasalahan yang terjadi karena persoalan hubungan seksual, maka diperlukan beberapa kreasi dalam mendukung masalah tersebut. Pemilihan tempat misalnya. Kalau suasana tempat tidur menimbulkan kebosanan saat melakukan hubungan seks, pindahlah ke tempat lain yang sejenis. Memang, selama ini melakukan hubungan seks di tempat tidur menjadi pilihan yang banyak dilakukan oleh pasangan suami isteri. Selain posisi yang nyaman, tempat tidur akan memberikan rasa rilek dan romantis. Padahal pilihan untuk itu tak terbatas pada tempat tidur saja. “Tempat lain seperti kursi, terutama kursi yang tak berlengan, meja, berdiri di depan cermin, bisa menjadi pilihan tempat yang memberikan kesan spesial pada seks,” lanjut Dr. Boyke. Kamar mandi pun juga dapat mendukung kegiatan seks. Di sini, pasangan bisa mandi, melakukan spa atau sauna bersama. Menurut Dr. Boyke hal ini sangat mendukung kegiatan foreplay maupun afterplay. Hanya saja perlu dipertimbangkan beberapa hal jika melakukan hubungan seks di kamar mandi. Seperti berhati-hati pada lantai kamar mandi yang licin. Dengan melakukan beberapa kreasi dalam melakukan hubungan seksual, kemungkinan terjadinya perselingkuhan bisa diatasi. Tak hanya itu, efek negatif dari perselingkuhan seperti timbulnya stres, berbagai penyakit kelamin, infeksi HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, kemandulan serta kanker mulut rahim pun dapat dihindari. Secara umum, perselingkuhan memang lebih sering mengancam kehidupan pernikahan dan karir. Risiko yang terberat, apabila terjadi perceraian, dapat menimbulkan berbagai masalah. Mulai dari masalah finansial, beban emosi pada anak, masalah dengan anggota keluarga yang lain, rasa malu, hingga rasa sedih. Perlu diingat adanya kesulitan untuk memulai kehidupan dengan pasangan baru, yang mungkin saja bisa lebih besar dibandingkan dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Para ahli sepakat bahwa pernikahan yang bahagia akan membuat pasangan bisa saling bekerjasama dan meringankan beban. Masihkah Anda dan pasangan membina pernikahan yang bahagia? @ diy |
Post a Comment