Kos-Kosan Jadi Ajang Seks Bebas
Jangan pernah 100% percaya sama anak-anak kita yang kos. Buktinya di kota pelajar di Yogyakarta, pola hidup seks bebas makin berkembang dengan serius. Soalnya pengawasannya kan longgar banget. Sementara pengaruh kehidupan seks bebas ke mereka itu kencang banget.
Ini bukan cuma isapan jempol loh! Memed tahu informasi ini dari hasil survei yang dilakukan Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSM-UII) Yogyakarta. Mereka melakukan survei ke tempat-tempat kos dan pondokan.
Hasil survei menunjukkan, jumlah pelajar di Yogyakarta sebesar 121 ribu atau sekitar 25% dari penduduk kota yang jumlahnya 490 ribu orang, mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini.
Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua makin longgar sehingga makin banyak remaja yang terjebak ke dalam pola hidup seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
“Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tak tergoda pola hidup seks bebas kalau terus menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol tentu satu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tak begitu kuat,” kata Kepala PSW UII Dra. Trias Setiawati, M.Si.
Makanya, Trias desak Walikota Yogyakarta segera memperhatikan ancaman degradasi moral di kalangan remaja tersebut dengan mengeluarkan ketentuan wajib adanya kontrol yang ketat bagi para pemilik rumah kos, serta menindak tegas warung-warung persewaan VCD dan Internet yang memeberi tempat gambar cabul bagi kaum remaja.
“Masalah ini akan lebih efektif bila diatasi dengan adanya kesadaran dari para pemilik kos sendiri untuk melakukan pengawasan intensif kepada anak-anak kosnya secara proporsional. Yang paling efektif tentu saja kalau ada kesadaran dari orang tua masing-masing siswa untuk memilihkan tempat kos yang layak dan aman serta membekali putera-puteri mereka dengan benteng ajaran agama yang kokoh,” ujarnya kepada Antara
Ini bukan cuma isapan jempol loh! Memed tahu informasi ini dari hasil survei yang dilakukan Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSM-UII) Yogyakarta. Mereka melakukan survei ke tempat-tempat kos dan pondokan.
Hasil survei menunjukkan, jumlah pelajar di Yogyakarta sebesar 121 ribu atau sekitar 25% dari penduduk kota yang jumlahnya 490 ribu orang, mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini.
Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua makin longgar sehingga makin banyak remaja yang terjebak ke dalam pola hidup seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
“Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tak tergoda pola hidup seks bebas kalau terus menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol tentu satu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tak begitu kuat,” kata Kepala PSW UII Dra. Trias Setiawati, M.Si.
Makanya, Trias desak Walikota Yogyakarta segera memperhatikan ancaman degradasi moral di kalangan remaja tersebut dengan mengeluarkan ketentuan wajib adanya kontrol yang ketat bagi para pemilik rumah kos, serta menindak tegas warung-warung persewaan VCD dan Internet yang memeberi tempat gambar cabul bagi kaum remaja.
“Masalah ini akan lebih efektif bila diatasi dengan adanya kesadaran dari para pemilik kos sendiri untuk melakukan pengawasan intensif kepada anak-anak kosnya secara proporsional. Yang paling efektif tentu saja kalau ada kesadaran dari orang tua masing-masing siswa untuk memilihkan tempat kos yang layak dan aman serta membekali putera-puteri mereka dengan benteng ajaran agama yang kokoh,” ujarnya kepada Antara
Post a Comment